"Semua akan bertemu dalam alam mati, tidak peduli raja tidak peduli budak. Betapa sederhananya mati." - Pramoedya Ananta Toer.
Pramoedya Ananta Toer ialah seorang penulis warga Indonesia.
Beliau dilahirkan pada 6 Februari 1925 di bandar Blora, Jawa.
Karya-karyanya banyak berkisarkan tentang zaman penjajahan dan juga perjuangan Indonesia ke arah kemerdekaan.
Beliau pernah dipenjarakan oleh penjajah Belanda pada tahun 1947 hingga 1949.
Sewaktu era pra-reformasi pula karya-karyanya banyak yang ditapis dan ada yang dilarang penerbitannya.
Presiden Suharto pernah melabelnya sebagai komunis dan Pramoedya Ananta Toer pernah dipenjarakan pada tahun 1969 hingga 1979.
Sewaktu dalam tahanan di Pulau Buru, beliau telah menghasilkan beberapa karya yang dikenali sebagai Kuartet Buru (Buru Quartet).
Meskipun tidak dibenarkan untuk mengarang dan menulis, beliau telah memperdengarkan karya-karyanya kepada tahanan-tahanan yang lain di mana mereka telah mencatit karya tersebut dan menyeludupnya keluar daripada penjara untuk disebarkan.
Antara karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang terkenal ialah Kranji-Bekasi Jatuh (1947), Perburuan (1950), Keluarga Gerilya (1950), Bukan Pasar Malam (1951), Cerita dari Blora (1952), Gulat di Jakarta (1953), Korupsi (1954), Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954), Cerita Calon Arang (1957), Hoakiau di Indonesia (1960), Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962), Koleksi Kuartet Buru - Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), Rumah Kaca (1988), Gadis Pantai (1982), Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), Arus Balik (1995), Arok Dedes (1999), Mangir (1999) dan Larasati (2000).
Pramoedya Ananta Toer meninggal dunia pada 30 April 2006.
No comments:
Post a Comment